Jika bangunan inti hanya Padmasana, sebagaimana tradisi yang ada di luar Pulau Bali, maka selain Padmasana dibangun juga
- pelinggih
TAKSU sebagai niyasa pemujaan Dewi Saraswati yaitu saktinya Brahma yang
memberikan manusia kemampuan belajar/ mengajar sehingga memiliki
pengetahuan, dan
- PANGRURAH sebagai niyasa pemujaan Bhatara Kala yaitu "putra" Siwa yang melindungi manusia dalam melaksanakan kehidupannya di dunia.
Bangunan lain yang bersifat sebagai penunjang adalah:
- PIYASAN
yaitu bangunan tempat bersemayamnya niyasa Hyang Widhi ketika hari
piodalan, di mana diletakkan juga sesajen (banten) yang dihaturkan.
- BALE PAMEOSAN adalah tempat Sulinggih memuja.
Di Madya Mandala dibangun
- BALE GONG, tempat gambelan,
- BALE PESANDEKAN, tempat rapat atau menyiapkan diri dan menyiapkan banten sebelum masuk ke Utama Mandala.
- BALE
KULKUL yaitu tempat kulkul (kentongan) yang dipukul sebagai isyarat
kepada pemuja bahwa upacara akan dimulai atau sudah selesai.
Jika
ingin membangun Sanggah pamerajan yang lengkap, bangunan niyasa yang
ada dapat "turut" 3,5,7,9, dan 11. "Turut" artinya "berjumlah".
Turut
|
Jenis Pelinggih
|
Keterangan
| ||||||||||||||||||||||
Turut 3
|
|
Kemulan
Rong tiga adalah Hyang Guru atau Tiga Sakti: Brahma, Wisnu, Siwa. Jenis
turut ini digunakan oleh tiap keluarga di rumahnya masing-masing
| ||||||||||||||||||||||
Turut 5
|
|
Baturan Pengayengan yaitu pelinggih untuk memuja ista dewata yang lain.
| ||||||||||||||||||||||
Turut 7
|
|
Yang
dimaksud dengan Gunung Agung dan Gunung Lebah (Batur) adalah symbolisme
Hyang Widhi dalam manifestasi yang menciptakan "Rua Bineda" atau dua
hal yang selalu berbeda misalnya: lelaki dan perempuan, siang dan malam,
dharma dan adharma, dll.
| ||||||||||||||||||||||
Turut 9
|
|
Pelinggih
Sapta Petala adalah pemujaan Hyang Widhi sebagai penguasa inti bumi
yang menyebabkan manusia dan mahluk lain dapat hidup. Manjangan Saluwang
adalah pemujaan Mpu Kuturan sebagai Maha Rsi yang paling berjasa
mempertahankan Agama Hindu di Bali.
| ||||||||||||||||||||||
Turut 11
|
|
Gedong Kawitan adalah pemujaan leluhur laki-laki yang pertama kali datang di Bali dan yang mengembangkan keturunan. Gedong Ibu adalah pemujaan leluhur dari pihak wanita (istri Kawitan).
|
Cara menempatkan pelinggih-pelinggih itu sesuai dengan konsep Hulu dan Teben, di mana yang diletakkan di hulu adalah Padmasari/ Padmasana, sedangkan yang diletakkan di teben adalah pelinggih berikutnya sesuai dengan turut seperti diuraikan di atas. Bila halamannya terbatas sedangkan pelinggihnya perlu banyak, maka letak bangunan dapat berbentuk L yaitu berderet dari pojok hulu ke teben kiri dan keteben kanan.
0 komentar:
Posting Komentar