Struktur Badan dan Atap Bangunan
Bentuk dan struktur badan bangunan rumah tinggal Bali Madya sebelumnya dibuat sederhana
dengan pola-pola bebaturan yang sederhana. Bentuk segi empat dan segi empat panjang adalah
bentuk yang paling banyak digunakan sebagai bangunan induk rumah tinggalnya. Sebahagian
besar bentuk atap bangunannya menggunakan bentuk limasan dan beberapa menggunakan
bentuk atap pelana seperti untuk bangunan paon/dapur.
Struktur badan bangunan tradisional Bali sebagian besar menggunakan tiang (sesaka) yang
terbuat dari kayu, begitu juga halnya dengan struktur atap menggunakan bahan kayu yang
dikombinasikan dengan bambu. Kayu yang digunakan memiliki kualifikasi atau jenis tertentu
pada setiap jenis bangunan di Bali, misalnya : kayu cendana, menengen, cempaka, kuanitan dan
majegau dipergunakan pada bangunan suci (Sanggah/Merajan/Pura). Kayu ketewel, teger,
bendu, sentul, sukun, seseh dan timbul dipergunakan untuk bangunan bale pada rumah tinggal.
Sedangkan untuk bangunan lumbung (jineng) dan dapur (paon) mempergunakan kayu wangkal,
kutat, blalu, sudep, seseh dan buhu.
Untuk studi kasus di lapangan, peneliti mendapatkan bahwa bangunan suci terbuat dari kayu dan
bambu. Kerangka tiang menggunakan kayu dengan konstruksi rangka dan sunduk serta pasak
(lait). Kerangka atapnya menggunakan kayu dan bambu khususnya untuk iga-iga-nya.
a. Struktur Badan dan Atap Bangunan
Bentuk dan struktur badan bangunan rumah tinggal Bali Madya sebelumnya dibuat sederhana
dengan pola-pola bebaturan yang sederhana. Bentuk segi empat dan segi empat panjang adalah
bentuk yang paling banyak digunakan sebagai bangunan induk rumah tinggalnya. Sebahagian
besar bentuk atap bangunannya menggunakan bentuk limasan dan beberapa menggunakan
bentuk atap pelana seperti untuk bangunan paon/dapur.
Struktur badan bangunan tradisional Bali sebagian besar menggunakan tiang (sesaka) yang
terbuat dari kayu, begitu juga halnya dengan struktur atap menggunakan bahan kayu yang
dikombinasikan dengan bambu. Kayu yang digunakan memiliki kualifikasi atau jenis tertentu
pada setiap jenis bangunan di Bali, misalnya : kayu cendana, menengen, cempaka, kuanitan dan
majegau dipergunakan pada bangunan suci (Sanggah/Merajan/Pura). Kayu ketewel, teger,
bendu, sentul, sukun, seseh dan timbul dipergunakan untuk bangunan bale pada rumah tinggal.
Sedangkan untuk bangunan lumbung (jineng) dan dapur (paon) mempergunakan kayu wangkal,
kutat, blalu, sudep, seseh dan buhu.
Untuk studi kasus di lapangan, peneliti mendapatkan bahwa bangunan suci terbuat dari kayu dan
bambu. Kerangka tiang menggunakan kayu dengan konstruksi rangka dan sunduk serta pasak
(lait). Kerangka atapnya menggunakan kayu dan bambu khususnya untuk iga-iga-nya.
b. Fungsi dan bentuk masing-masing bangunan
1). Unit Bangunan Suci (Sanggah/Sanggar/Merajan)
Fungsi bangunan ini adalah sebagai tempat suci atau pemujaan kepada Tuhan dan roh suci
leluhur. Pada unit bangunan suci ini terdapat beberapa bangunan dengan fungsinya masingmasing
serta jumlah bangunan-bangunan ini sangat bervariasi dan tergantung dari pemilik.
Namun demikian, yang mutlak terdapat dalam satu unit bangunan suci terdiri dari: Penglurah,
Kemulan, Padmasari, Peliangan, Taksu dan Piyasan.
b. Bale Meten/Bale Daja
Fot 5.2 : Bangunan Bale Meten RumahTinggal Bali Madya
Bale Meten terletak di bagian Utara (dajan natah umah) atau di sebelah barat tempat suci/
Sanggah. Bale Meten ini juga sering disebut dengan Bale Daja, karena tempatnya di zona utara
(kaja). Fasilitas desain interiornya adalah 2 buah bale yang terletak di kiri dan kanan ruang.
Bentuk bangunan Bale Meten adalah persegi panjang, dapat menggunakan saka/tiang yang
terbuat dari kayu yang berjumlah 8 (sakutus), dan 12 (saka roras). Fungsi Bale Meten adalah
untuk tempat tidur orang tua atau Kepala Keluarga di bale sebelah kiri. Sedangkan di bale
sebelah kanan difungsikan untuk ruang suci, tempat sembahyang dan tempat menyimpan alatalat
upacara.
Sebagaimana dengan bangunan Bali lainnya, bangunan Bale Meten adalah rumah tinggal yang
memakai bebaturan dengan lantai yang cukup tinggi dari tanah halaman (±75-100 cm).
Bangunan ini adalah bangunan yang memiliki tempat tertinggi pada seluruh bale dalam satu
pekarangan disamping untuk menghindari terjadinya resapan air tanah.
c. Bale Dangin/Bale Gede
Bale Dangin terletak di bagian Timur atau dangin natah umah, sering pula disebut dengan Bale
Gede apabila bertiang 12. Fungsi Bale Dangin ini adalah untuk tempat upacara dan bias
difungsikan sebagai tempat tidur. Fasilitas pada bangunan Bale Dangin ini menggunakan 1 balebale
dan kalau Bale Gede menggunakan 2 buah bale-bale yang terletak di bagian kiri dan kanan.
Bentuk Bangunan Bale Dangin adalah segi empat ataupun persegi panjang, dan dapat
menggunakan saka/tiang yang terbuat dari kayu yang dapat berjumlah 6 (sakenem), 8
(sakutus/astasari), 9 (sangasari) dan 12 (saka roras/Bale Gede). Bangunan Bale Dangin adalah
rumah tinggal yang memakai bebaturan dengan lantai yang cukup tinggi dari tanah halaman
namun lebih rendah dari Bale Meten.
Foto 5.3 : Bangunan Bale Dangin
c. Bale Dauh/Loji
Foto 5.4 : Bangunan Bale Dauh
Bale Dauh ini terletak di bagian Barat (Dauh natah umah), dan sering pula disebut dengan Bale
Loji, serta Tiang Sanga. Fungsi Bale Dauh ini adalah untuk tempat menerima tamu dan juga
digunakan sebagai tempat tidur anak remaja atau anak muda. Fasilitas pada bangunan Bale Dauh
ini adalah 1 buah bale-bale yang terletak di bagian dalam. Bentuk Bangunan Bale Dauh adalah
persegi panjang, dan menggunakan saka atau tiang yang terbuat dari kayu. Bila tiangnya
berjumlah 6 disebut sakenem, bila berjumlah 8 disebut sakutus/astasari, dan bila tiangnya
bejumlah 9 disebut sangasari. Bangunan Bale Dauh adalah rumah tinggal yang memakai
bebaturan dengan lantai yang lebih rendah dari Bale Dangin serta Bale Meten.
0 komentar:
Posting Komentar